Senin, 26 April 2021

Analisis Pewarnaan Bakteri Sederhana Metode Pewarnaan Asam

 

  Analisis Pewarnaan Bakteri Sederhana Metode Pewarnaan Asam
Mini Lastrin (2015002010) 

Agrin Febrian Pradana dan Gita Anggelia
Sekolah Tinggi Analis Kimia (STAK) Cilegon
Jl. KH. Wasyid No. 6 Jombang Wetan Kota Cilegon – Banten 42411
Telp. (0254) 2579126, Fax. (0254) 399970
 

ABSTRAK

Analisis pewarnaan bakteri sederhana metode pewarnaan asam adalah pewarnaan bakteri dengan menggunakan pewarna tunggal dan diadakannya fiksasi terhadap goresan suspense bacteri, pewarna yang digunakan yaitu carbon fuchsin, pewarna ini bekerja dengan baik karena bersifat basa dan alkali (komponen kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan sitoplasma bakteri bersifat basofilik (suka terhdap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara komponen kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri dapat menyerap pewarna dengan baik. Metode pewarnaan sederhana yaitu dengan terlebih dahulu diteteskan air bersih pada kaca alas yang telah dibersihkan menggunakan alcohol, kemudian diambil suspense bakteri menggunakan kawat ose yang telah dipijarkan dan didinginkan, goreskan secara arah jarum jam pada bagian air pada kaca alas. Selanjutnya difiksasi, setelah itu ditetesi dengan zat warna carbon fuchsin (didiamkan 2 menit), dibersihkan zat warna yang ada pada sampel dengan menggunakan air keran dan dikeringkan. Selanjutnya ditetei minyak imersi dan dilihat pada mikroskop pada perbesaran 100 kali. Jadi akan tampak hasil yang bisa dilihat dari mikroskop yaitu bentuk dan ukuran bakteri yang terdapat pada sampel.

Kata kunci: suspense bakteri, zat warna carbon fuchsin dan mikroskop.

 

ABSTRACT

Analysis of simple bacterial staining of acid dyeing method is using single dye, the dye used is carbon fuchsin, this dye works well because it is alkaline (its cromophoric component is positively charged), whereas the cytoplasm of the bacteria is basophilic (like to alkaline) so that there is pulling force between the chromophore component in a dye with a bacterial cell, it causes the bacteria to absorb the dye well. The simple staining method is by first dripping clean water on the glass base that has beed cleaned using alcohol, then taken suspense bacteria using ose wire that has  blazing and cooled, scatching clockwise on the water on the glass base. Further fixed, and then spilled with carbon fuchsin dye (allowed to stand for 2 minutes), clean the dye present in the sample by using tap water and dried. Next spill immersion oil and viewed on microscope at 100 times magnification. So it will show the results that can be seen from the microscope that is the shape and size of bacteria contained in the simple.

Keywords: bacterial suspense, carbon fuchsin dye and microscope

 

PENDAHULUAN

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008). Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilium dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarnaan sederhana. Istilah “pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja (Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponoen kromoforiknya bermuatan positif).

 Pewarnaan sederhana dibagi menjadi dua jenis pewarnaan yaitu: pewarnaan asam merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan untuk hanya untuk melihat bentuk sel, adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah  biru metilen dan air furksin, metode ini diadakan perlakuan fiksasi pada olesan suspense sebagai perlakuan bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya. Kemuadian pewarnaan basa atau disebut juga pewarnaan negative yaitu merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transfaran (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini, olesan tidak diberikan perlakuan yang keras dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih cepat. Metode ini dengan menggunakan pewarna nigrosin atau tinta cina. Factor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Dwidjoseputro, 1994).

Pewarnaan bakteri secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu pewarnaan bakteri hidup dengan cara tetes gantung (hanging out) dan pewarnaan bakteri mati yaitu bakteri yang dimatikan (fixed state) Teknik pewarnaan bakteri mati dibagi menjadi 4 yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan negative, pewarnaan diferensial dan pewarnaan structural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan structural hanyamewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat dapat membedakan bagian-bagian sel. Termasuk dalam pengecetan ini adalah pengecatan endospore, flagella, dan pengecatan kapsul (waluyo, 2010). Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasa inilah zat warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan (Entjag, 2003). Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transfaran dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat dilihat dengan jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).

Untuk mengetahui bentuk fisiologis bakteri dari suatu suspense padat yang sebelumnya  belum diketahui dengan menggunakan metode pewarnaan sederhana dengan menggunakan alat mikroskop pada perbesaran 100 kali secara benar dan tepat.

 

METODELOGI

Alat dan bahan

Bahan yang digunakan yaitu suspense bakteri dari biakan padat daging ayam, zat pewarna carbon funchsin, minyak imersi dan aquadest. Alat yang digunakan yaitu kawat ose, kaca preparasi atau disebut kaca alas, mikroskop cahaya, botol semprot yang berisikan aquades, api spirtus, kapas dan kertas hisap.

Pewarnaan sederhana metode pewarnaa asam yaitu dengan cara diteteskan air bersih pada kaca alas yang telah dibersihkan menggunakan alcohol, kemudian diambil suspense bakteri menggunakan kawat ose yang telah dipijarkan dan didinginkan, goreskan secara arah jarum jam pada bagian air pada kaca alas. Difiksasi diatas api hingga air kering, diteteskan zat warna karbon fuchsin didiamkan selama dua menit tuangkan zat warna dari preparat, dicuci dibawah air keran atau menggunakan aquades menggunakan botol semprot dengan keadaan mengalir. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan kertas hisap. Selanjutnya ditetesi minyak imersi dan diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Dan digambar atau difoto hasil yang terlihat pada mikroskop.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suspense bakteri dari biakan padat daging ayam ternyata mengandung bakteri berbentuk coccus yang ukurn bakterinya berbeda-beda, tampak tampilan fisiologi bakteri hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 1.

 

 Gambar 1. Bentuk Fisiologis Bakteri

Pewarnaan sederhana ini dilakukan untuk mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal maksudnya pewarna yang digunakan hanya satu jenis pewarna saja, pewarnaan sederhana yang dilakukan yaitu merupakan metoda pewarnaan asam, pewarna yang digunakan pada percobaan ini yaitu carbon fuchsin, pewarna ini bekerja dengan baik karena bersifat basa (komponen kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan sitoplasma bakteri bersifat basofilik (suka terhdap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara komponen kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri dapat menyerap pewarna dengan baik.

Pada percobaan sebelum dilakukan pewarnaan, dibuat ulasan bakteri diatas objek glass yang kemudian difiksasi, fiksasi ini dilakukan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada kaca alas tanpa merusak struktur selnya tidak menggunakan suspense bakteri yang terlalu padat tidak juga terlalu encer karana hal tersebut akan mempersulit ketika penglihatan menggunakan mikroskop.

Percobaan dilakukan dengan steril, semua alat yang digunakan dalam keadaan steril mencakup kawat ose yang terlebih dahulu dipijarkan sebelum digunakan untuk mengambil suspense bakteri, kaca alas yang terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan kapas yang sebelumnya di basahi dengan alcohol. Dan dalam prosesnya harus menjaga kesterilan suspense yang akan diamati.

Penggunaan air pada pengolesan suspense bakteri dilakukan untuk mempermudah proses pewarnaan bakteri yang ada karena apabila suspense padat bisa saja terjadi bakteri sulit terwarnai dan membebaskan bakteri dari pengotor-pengotor yang terdapat pada suspense sehingga saat penghilangan zat warna akan ikut terbuang sehingga bakteri akan mudah dilihat.

Pemberian zat warna carbon funchsin yaitu sebagai zat warna yang akan mewarnai dinding sel bakteri pada suspense yang didiamkan 2 menit sebagai lama proses pewarnaan terjadi.

Pencucian dengan menggunakan air keran atau air aquades yang mengalir setelah pewarnaan bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan warna yang telah dipakai untuk mewarnai bakteri. Selanjutnya pemberian minyak imersi yaitu berguna sebagai penutup zat warna, sehingga warna yang tertangkap oleh cahaya dari mikroskop akan diserap oleh pewarna tanpa adanya pemantulan sehingga bentuk bakteri yang telah berwarna tersebut dapat tertangkap oleh lensa objektif.

 

KESIMPULAN

Jadi bentuk fisiologis bakteri dari suspense padat daging ayam yaitu berbentuk coccus dang ukuran yang berbeda-beda terlihat pada perbesaran lensa mikroskop dengan perbesaran 100 kali.

 

DAFTAR PUSTAKA

Dewidjosaputro, 2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.

Pelazar, chan, 2003, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press: Jakarta.

Waluyo, lud, 2010, Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum, UMM, Malang.

Widjoseputro, D., 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang: Djambatan  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Menggunakan MS. Access Bagi Pemula

Pengertian Tabel, Field Dan Record Seperti kita ketahui bahwa Database merupaka kumpulan dari beberapa tabel yang terintegrasi menjadi sat...