Analisis
Pewarnaan Bakteri Sederhana Metode Pewarnaan Asam
Mini
Lastrin (2015002010)
ABSTRAK
Analisis
pewarnaan bakteri sederhana metode pewarnaan asam adalah
pewarnaan bakteri dengan menggunakan pewarna tunggal dan diadakannya fiksasi
terhadap goresan suspense bacteri, pewarna yang digunakan yaitu carbon fuchsin,
pewarna ini bekerja dengan baik karena bersifat basa dan alkali (komponen
kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan sitoplasma bakteri bersifat
basofilik (suka terhdap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara komponen
kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri
dapat menyerap pewarna dengan baik. Metode pewarnaan sederhana yaitu dengan
terlebih dahulu diteteskan air bersih pada kaca alas yang telah dibersihkan
menggunakan alcohol, kemudian diambil suspense bakteri menggunakan kawat ose
yang telah dipijarkan dan didinginkan, goreskan secara arah jarum jam pada
bagian air pada kaca alas. Selanjutnya difiksasi, setelah itu ditetesi dengan
zat warna carbon fuchsin (didiamkan 2 menit), dibersihkan zat warna yang ada
pada sampel dengan menggunakan air keran dan dikeringkan. Selanjutnya ditetei
minyak imersi dan dilihat pada mikroskop pada perbesaran 100 kali. Jadi akan
tampak hasil yang bisa dilihat dari mikroskop yaitu bentuk dan ukuran bakteri
yang terdapat pada sampel.
Kata kunci:
suspense bakteri, zat warna carbon fuchsin dan mikroskop.
ABSTRACT
Analysis
of simple bacterial staining of acid dyeing method is
using single dye, the dye used is carbon fuchsin, this dye works well because
it is alkaline (its cromophoric component is positively charged), whereas the
cytoplasm of the bacteria is basophilic (like to alkaline) so that there is
pulling force between the chromophore component in a dye with a bacterial cell,
it causes the bacteria to absorb the dye well. The simple staining method is by
first dripping clean water on the glass base that has beed cleaned using
alcohol, then taken suspense bacteria using ose wire that has blazing and cooled, scatching clockwise on the
water on the glass base. Further fixed, and then spilled with carbon fuchsin dye
(allowed to stand for 2 minutes), clean the dye present in the sample by using
tap water and dried. Next spill immersion oil and viewed on microscope at 100
times magnification. So it will show the results that can be seen from the
microscope that is the shape and size of bacteria contained in the simple.
Keywords:
bacterial suspense, carbon fuchsin dye and microscope
PENDAHULUAN
Mikroorganisme yang ada
di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu
pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras
dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008). Berbagai macam tipe morfologi
bakteri (kokus, basil, spirilium dan sebagainya) dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarnaan sederhana. Istilah “pewarna sederhana” dapat diartikan
dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja
(Gupte, 1990). Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan
zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponoen kromoforiknya bermuatan positif).
Pewarnaan sederhana dibagi menjadi dua jenis
pewarnaan yaitu: pewarnaan asam merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam
zat warna dengan tujuan untuk hanya untuk melihat bentuk sel, adapun zat warna
yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah
biru metilen dan air furksin, metode ini diadakan perlakuan fiksasi pada
olesan suspense sebagai perlakuan bertujuan untuk mematikan bakteri dan
melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya.
Kemuadian pewarnaan basa atau disebut juga pewarnaan negative yaitu merupakan
metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya
menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transfaran
(tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.
Pada pewarnaan ini, olesan tidak diberikan perlakuan yang keras dengan
bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang
sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih cepat. Metode ini dengan
menggunakan pewarna nigrosin atau tinta cina. Factor-faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Dwidjoseputro, 1994).
Pewarnaan bakteri
secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu pewarnaan bakteri hidup
dengan cara tetes gantung (hanging out) dan pewarnaan bakteri mati yaitu
bakteri yang dimatikan (fixed state) Teknik pewarnaan bakteri mati dibagi
menjadi 4 yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan negative, pewarnaan diferensial
dan pewarnaan structural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik
lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau
olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan
yang menampilkan perbedaan antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel
mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan structural
hanyamewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat dapat membedakan
bagian-bagian sel. Termasuk dalam pengecetan ini adalah pengecatan endospore,
flagella, dan pengecatan kapsul (waluyo, 2010). Mikroba sulit dilihat dengan
cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya. Alasa inilah zat warna
digunakan untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan
cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan
(Entjag, 2003). Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,
karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transfaran dan sangat kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel
bakteri, sehingga sel dapat dilihat dengan jelas dan mudah diamati. Oleh karena
itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama
dalam penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Untuk mengetahui bentuk
fisiologis bakteri dari suatu suspense padat yang sebelumnya belum diketahui dengan menggunakan metode
pewarnaan sederhana dengan menggunakan alat mikroskop pada perbesaran 100 kali
secara benar dan tepat.
METODELOGI
Alat dan bahan
Bahan yang digunakan
yaitu suspense bakteri dari biakan padat daging ayam, zat pewarna carbon
funchsin, minyak imersi dan aquadest. Alat yang digunakan yaitu kawat ose, kaca
preparasi atau disebut kaca alas, mikroskop cahaya, botol semprot yang
berisikan aquades, api spirtus, kapas dan kertas hisap.
Pewarnaan sederhana
metode pewarnaa asam yaitu dengan cara diteteskan air bersih pada kaca alas
yang telah dibersihkan menggunakan alcohol, kemudian diambil suspense bakteri
menggunakan kawat ose yang telah dipijarkan dan didinginkan, goreskan secara
arah jarum jam pada bagian air pada kaca alas. Difiksasi diatas api hingga air
kering, diteteskan zat warna karbon fuchsin didiamkan selama dua menit tuangkan
zat warna dari preparat, dicuci dibawah air keran atau menggunakan aquades
menggunakan botol semprot dengan keadaan mengalir. Kemudian dikeringkan dengan
menggunakan kertas hisap. Selanjutnya ditetesi minyak imersi dan diperiksa
dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Dan digambar atau difoto hasil
yang terlihat pada mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Suspense bakteri dari biakan
padat daging ayam ternyata mengandung bakteri berbentuk coccus yang ukurn
bakterinya berbeda-beda, tampak tampilan fisiologi bakteri hasil pengamatan
dapat dilihat pada Gambar 1.
Pewarnaan sederhana ini
dilakukan untuk mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri dengan
menggunakan zat warna tunggal maksudnya pewarna yang digunakan hanya satu jenis
pewarna saja, pewarnaan sederhana yang dilakukan yaitu merupakan metoda
pewarnaan asam, pewarna yang digunakan pada percobaan ini yaitu carbon fuchsin,
pewarna ini bekerja dengan baik karena bersifat basa (komponen kromoforiknya
bermuatan positif), sedangkan sitoplasma bakteri bersifat basofilik (suka
terhdap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara komponen kromofor pada
pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut menyebabkan bakteri dapat menyerap
pewarna dengan baik.
Pada percobaan sebelum
dilakukan pewarnaan, dibuat ulasan bakteri diatas objek glass yang kemudian
difiksasi, fiksasi ini dilakukan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel
bakteri pada kaca alas tanpa merusak struktur selnya tidak menggunakan suspense
bakteri yang terlalu padat tidak juga terlalu encer karana hal tersebut akan
mempersulit ketika penglihatan menggunakan mikroskop.
Percobaan dilakukan dengan
steril, semua alat yang digunakan dalam keadaan steril mencakup kawat ose yang
terlebih dahulu dipijarkan sebelum digunakan untuk mengambil suspense bakteri,
kaca alas yang terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan kapas yang
sebelumnya di basahi dengan alcohol. Dan dalam prosesnya harus menjaga
kesterilan suspense yang akan diamati.
Penggunaan air pada
pengolesan suspense bakteri dilakukan untuk mempermudah proses pewarnaan
bakteri yang ada karena apabila suspense padat bisa saja terjadi bakteri sulit
terwarnai dan membebaskan bakteri dari pengotor-pengotor yang terdapat pada
suspense sehingga saat penghilangan zat warna akan ikut terbuang sehingga
bakteri akan mudah dilihat.
Pemberian zat warna
carbon funchsin yaitu sebagai zat warna yang akan mewarnai dinding sel bakteri
pada suspense yang didiamkan 2 menit sebagai lama proses pewarnaan terjadi.
Pencucian dengan
menggunakan air keran atau air aquades yang mengalir setelah pewarnaan
bertujuan untuk menghilangkan pengotor dan warna yang telah dipakai untuk
mewarnai bakteri. Selanjutnya pemberian minyak imersi yaitu berguna sebagai
penutup zat warna, sehingga warna yang tertangkap oleh cahaya dari mikroskop
akan diserap oleh pewarna tanpa adanya pemantulan sehingga bentuk bakteri yang
telah berwarna tersebut dapat tertangkap oleh lensa objektif.
KESIMPULAN
Jadi bentuk fisiologis
bakteri dari suspense padat daging ayam yaitu berbentuk coccus dang ukuran yang
berbeda-beda terlihat pada perbesaran lensa mikroskop dengan perbesaran 100
kali.
DAFTAR PUSTAKA
Dewidjosaputro,
2005, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.
Pelazar,
chan, 2003, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press: Jakarta.
Waluyo,
lud, 2010, Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum, UMM, Malang.
Widjoseputro,
D., 1989, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang: Djambatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar