Senin, 11 Januari 2021

Pengertian, Pengelolaan, dan Jenis Polimer

POLIMER

 

1.1   Latar Belakang

Polimer adalah salah satu bahan rekayasa bukan logam (non-metalic material) yang penting. Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan sebagai bahan substitusi untuk logam terutama Karena sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi dan kimia, dan murah, khususnya untuk aplikasi-aplikasi pada temperature rendah. Sebagian makromolekul (termasuk diantaranya karohidrat, protein dan lemak) mempunyai struktur yang lebih teratur, yakni tersusun dari unit-unit terkecil dengan struktur yang karakteristik berulang, mulai dari 50 sampai ribuan unit. Makromolekul yang demikian disebut dengan polimer dan unit-unit terkecilnya disebut dengan monomer. Polimer sebagai makromolekul yang terdiri dari beberapa kelas material alami dan sintetik dengan sifat yang beragam. Perbedaan dari kedua material tersebut ada pada mudah tidaknya sebuah polimer didegradasi atau dirombak oleh mikroba.

Oleh karena itu perlu diketahui factor-faktor yang mempengruhi mudah atau tidaknya polimer didegradari atau di rombak oleh mikoba.

PEMBAHASAN

 

 Polimer (Makromolekul)

1.      Definisi Polimer

Kata polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly dan meros. Poly berarti banyak dan meros berarti unit satu bagian. Jadi polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari monomer yang merupakan molekul yang kecil dan sederhana. Polimer merupakan makromolekul. Polimer dapat juga disebut dengan molekul raksasa yang tersusun dari beberapa monomer atau molekul-molekul kecil yang sederhana. Monomer atau molekul kecil yang menyusun polimer bisa berupa senyawa berikatan rangkap atau senyawa yang memiliki gugus fungsional.

Polimer berasal dari bahan organik. Kebanyakan material organik adalah senyawa hidrokarbon dengan ikatan kovalen (C dan H), Molekul polimer adalah sangat besar jika dibandingkan  dengan molekul hidrokarbon bahkan ukurannya sering disebut makro molekul. Didalam molekul, atom-atom berikatan kovalen. Pada sebagian besar polimer, molekulmolekulnya dalam bentuk rantai yang panjang adan fleksibel. Tulang belakangnya adalah urutan atom karbon -c-c-c-c-c-c-c-

Tiap-tiap elektron valensinya yang tersisa bila berikatan dengan atom-atom radikal yang posisinya berdekatan dengan rantai. Molekul panjang ini disebur “mer” Mer tunggal disebut dengan monomer dan mer banyak disebut dengan polimer.

 

Penggolongan Polimer

A.    Berdasarkan Asalnya

1)      Polimer alam

Polimer alam adalah polimer yang terbentuk secara alami di dalam tubuh makhluk hidup.

Contoh Polimer Alam

No.

Polimer

Monomer

Polimerisasi

Terdapat pada

 1.

Amilum

Glukosa

Kondensasi

Biji-bijian,akar umbi

2.

Selulosa

Glukosa

Kondensasi

Sayur, kayu, kapas

3.

Protein

Asam amino

Kondensasi

Susu,daging,telur, wol, sutera

4.

Asam nukleat

Nukleotida

Kondensasi

Molekul DNA, RNA

5.

Karet alam

Isoprene

Adisi

Getah karet alam

 












2). Polimer semi sintetis

Polimer semi sintetis adalah polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan kimia.

Contoh : selulosa nitrat yangsering dipasarkan dengan nama celluloid dan guncotton.

3)   Polimer sintetis

Polimer sintetis adalah polimer yang tidak terdapat di alam, tetapi disintesis dari monomer-monomernya dalam reaktor.

Contoh Polimer Sintetis

No.

Polimer

Monomer

Polimerisasi

Terdapat pada

1.

Polietena

Etena

Adisi

Kantung,kabel plastic

2.

Polipropena

Propena

Adisi

Tali,karung,botol plastik

3.

PVC

Vinil klorida

Adisi

Pipa pralon,pelapis lantai, kabel listrik

4.

Polivinil alcohol

Vinil alcohol

Adisi

Bak air

5.

Teflon

Tetrafluoro etena

Adisi

Wajan,panci anti lengket

6.

Dakron

Metal tereftalat dan etilen glikol

Kondensasi

Pita rekam magnetik, kain,tekstil,wol sintetis

7.

Nilon

Asam adipat dan heksametilen diamin

Kondensasi

Tekstil

8.

Polibutadiena

Butadiena

Adisi

Ban motor, mobil

 

B.    B. Berdasarkan Jenis Monomernya

Berdasarkan monomernya dibedakan menjadi dua yaitu homopolimer dan kopolimer.

1)      Homopolimer

Homopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang sama atau sejenis, dengan struktur ---A-A-A-A-AAAA

Contoh : PVC, protein, karet alam, polivinil asetat (PVA), polistirena, amilum, selulosa, dan teflon.

2)      Kopolimer

Kopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang berlainan jenis, dengan struktur –A-B-A-B-A-B-

Berdasarkan susunan monomernya, terdapat empat jenis kopolimer yaitu.

a)      Kopolimer bergantian merupakan kopolimer yang memiliki beberapa kesatuan ulang yang berbeda-beda, berselang-seling dalam rantai polimer. Adapun strukturnya sebagai berikut ..-A-B-A-B-A-...

b)      Kopolimer blok yaitu kopolimer yang memiliki satu kesatuan yang berulang berselang-seling dengan kesatuan berulang yang lainnya dalam rantai polimer. Adapun strukturnya sebagai berikut ...-A-A-A-A-B-B-B-B-A-A-A-A...

c)      Kopolimer bercabang

d)     Kopolimer tidak beraturan yaitu kopolimer dengan jumlah satuan yang berulang yang berbeda dan tersusun secara acak dalam rantai polimer. Adapun strukturnya sebagai berikut ....-A-B-A-A-B-B-A-A....

C.                Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya

1). Polimer linear

Polimer linear adalah polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama lainnya : membentuk rantai polimer yang panjang.

 


Polimer Linear

 

2). Polimer bercabang (Branch)

Polimer bercabang yaitu polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang pada rantai utama.

 


Polimer Bercabang

3). Polimer berikatan silang (Cross-linking)

Polimer berikatan silang yaitu polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikataan satu sama lain pada rantai utamanya. Sambungan silang dapat terjadi ke berbagai arah sehingga terbentuk sambung silang tiga dimensi yang disebut polimer jaringan.

 


Gambar 3 Polimer Berikat Silang

 

4). Polimer jaringan (network)

Polomer ini tersusun atas unit mer tri-functional yang mempunyai tiga ikatan kovalen aktif membentuk jaringan 3 dimensi. Sehingga terjadi sambungan silang ke berbagai arah sehingga terbentuk sambung silang tiga dimensi.

 


Gambar 4 Polimer Jaringan

                         

Contoh:


Gambar 5 Alotrop molekul karbon

a.       Diamond

b.      Graphite

c.       Lonsdaleite

d.      C60 (Buckminster fullerene)

e.       C540 (Fullerene)

f.       C70 (Fullerene)

g.      Amorphous carbon

h.      single-walled carbon nanotube

D.    Berdasarkan Apilkasinya

1.      Polimer komersial

Polimer komersial adalah polimer yang disintesis dengan harga murah dan diproduksi secara besar-besaran. Contoh : polietilena, polipropilena, pilivinil klorida dan polistirena.

2.      Polimer teknik

Polimer teknik merupakan polimer yang mempunyai sifat unggul tetapi harganya mahal. Contoh : poliamida, polikarbonat, asetal, dan polyester.

3.      Polimer dengan tujuan khusus

Polimer dengan tujuan khusus yaitu polimer yang mempunyai sifat spesifik yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus. Contoh : alat-alat kesehatan seperti thermometer atau timbangan.

E.     Berdasarkan Reaksi Polimerisasi

Dibagi menjadi 2:

a)      Poliadisi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi adisi, reaksi adisi atau reaksi rantai adalah reaksi penambahan (satu sama lain) molekul monomer berikatan rangkap atau siklis biasanya dengan adanya suatu pemicu radikal bebas atau ion

b)      Polikondensasi, yaitu polimer yang terjadi karena reaksi konden sasi / reaksi bertahap. Mekanisme reaksi polimer kondensasi identic dengan reaksi kondensasi senyawa bobot molekul rendah yaitu: reaksi dua gugus aktif dari dua molekul monomer yang berbeda berinteraksi dengan melepaskan molekul kecil. Contohnya H2O. bila hasil polimer dan bereaksi (monomer) berbeda fase, reaksi akan terus berlangsung sampai salah satu pereaksi habis, contoh: pembuatan protein dari asam amino.

 

Sifat-sifat Polimer

Ada sifat-sifat dari polimer yang mendukung pada fungsi atau kegunaan dari jenis-jenis polimer yang dicipatakan(dibuat).

1.      Termoplas

Termoplas bersifat lunak jika dipanaskan dan dapat dicetak kembali menjadi bentuk lain. Hal ini dikarenakan termoplas memiliki banyak rantai panjang yang terikat oleh gaya antar molekul yang lemah. Contoh polimer yang memiliki sifat termoplas adalah PVC, polietena, nilon 6, 6 dan polistirena

2.      Thermoset

Thermoset mempunyai bentuk permanen dan tidak menjadi lunak jika dipanaskan. Penyebabnya adalah thermoset memiliki banyak ikatan kovalen yang sangat kuat diantara rantai-rantainya. Ikatan kovalen akan terputus serta terbakar jika dilakukan pemanasanyang tinggi. Polimer yang memeiliki sifat thermoset adalah bakelit.

3.      Elastomer

Elastomer merupakan polimer yang elastic atau dapat mulur jika ditarik, tetapi kembali ke awal jika gaya tarik ditiadakan. Penyebabnya adalah tumpang tindih antara polimer yang memungkinkan rantai-rantai ditarik, dan ikatan silang yang akan menarik rantai-rantai tersebut ke susunan tumpang tindihnya. Contohnya yaitu karet sintetis SBR.

 

Ø  Kelebihan dari polimer

§  Mudah diolah untuk berbagaimacam produk pada suhu rendah dengan biaya murah

§  Ringan, maksudnya rasio bobot/volumenya kecil

§  Tahan korosi dan kerusakan terhadap lingkungan yang agresif

§  Bersifat isolator yang baik terhadap listrik

§  Berguna untuk bahan komponen khusus karena sifatnya yang pastis

§  Berat molekulnya besar sehingga kestabilan dimensinya tinggi

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi Sifat-sifat Polimer

Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer sebagai berikut:

a.       Panjang rata-rata rantai polimer: Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.

b.       Gaya antarmolekul: Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan menjadi kuat dan sukar meleleh.

c.       Percabangan: Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan mudah meleleh.

d.      Ikatan silang antar rantai polimer: Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan membentuk bahan yang keras. Jika ikatan silang semakin banyak maka polimer semakin kaku dan mudah patah.

e.       Sifat kristalinitas rantai polimer: secara umum diketahui bahwa struktur beraturan berkristalinitas tinggi dan struktur yang tidak beraturan memiliki kristalinitas rendah yang menyebabkan memiliki sifat yang amorf.

 Sifat Kristalinitas

Sifat kristalinitas rantai polimer: Polimer berstruktur tidak teratur memiliki kristalinitas rendah dan bersifat amorf (tidak keras). Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai kristalinitas tinggi sehingga lebih kuat dan lebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia dan enzim.

Reaksi polimerisasi yaitu reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer. Polimerisasi dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.

A.    Polimerisasi adisi

Adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang berikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.

Polimerisasi adisi dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

1.      Polimerisasi adisi alami

Polimerisasi adisi alami misalnya pembentukan karet alam atau poliisoprena. Monomernya berupa isoprene atau senyawa 2-metil-1,3-butadiena.

2.      Polimerisasi adisi sintesis

Contoh : pembentukan PVC, polipropena, Teflon, polifenil etena atau polistirena, dan polietilena.

B.     Polimerisasi kondensasi

Polimerisasi kondensasi yaitu reaksi yang terjadi jika dua atau lebih monomer sejenis atau berbeda jenis bergabung membentuk molekul besar sambil melepaskan molekul-molekul kecil seperti H2O, NH3, dan HCl.

Polimerisasi kondensasi dibagi menjadi dua sebagai berikut.

1.      Polimerisasi kondensasi alami

Contoh : pembentukan selulosa, amilum dan protein.

2.      Polimerisasi kondensasi sintesis

Contoh : pembentukan nilon, tetoron, bakelit, dan urea-metanal.

 

Struktur Rantai Polimer

Pengulangan bahan polimer dipengaruhi oleh sifat polimer, sifat sifat polimer yaitu:

1.      Pertumbuhan rantai polimer bersifat acak

Penyusunan molekul polimer mempunyai sifat struktur yang berbeda pengaruhnya, dikarenakan massa atom relative polimer merupakan nilai rata-rata dari monomer-monomer penyususnnya sehngga mengakibatkan pertumbuhan rantai menjadi acak

2.      Dalam suatu bahan polimer dimungkinkan terdapat 2 daerah yaitu :

a.       Daerah teratur

b.      Daerah tidak teratur

Kalau rantai teratur disebut Kristal, kalau rantai tidak teratur disebut amorf. Salah satu untuk mengetahui Kristal dan amorf yaitu (secara visual): Kristal: keras, dan amorf: tidak keras

Rantai polimer yang keras dapat saling mendekati dengan jarak yang lebih pendek dibandingkan dengan rantai polimer yang bercabang. Polimer dengan kesatuan yang teratur dengan gaya antar aksi yang tinggi akan memiliki kekeristalan dan gaya tegang.


 

Bentuk Kristalin dan Amorf Polimer

 

Factor Yang Mempengaruhi Kekeristalan

a.      Larutan polimer, jika larutan polimer encer maka jarak antara satu molekul dengan molekul yang lain dalam rantai polimer saling bejauhan. Akibatnya ruang rantai Tidak bersifat Kristal.

Jika polimer pekat, maka jarak antara molekulnya saling berdekatan sehingga mengakibatkan keteraturan tuang yang lebih bersifat Kristal.

b.      Gaya antar rantai

§  Efek induksi, antara dua atom yang saling berikatan satu samalain akan tertarik keatom yang memiliki keelektronegatifan yang lebih tinggi.

§  Gaya London, gaya yang terjadi akibat tidak tersebar meratanya elektron diseputar intinya karena lebih banyak elektron pada satu sisi daripada sisi yang lainnya sehingga terjadi tarikan antar rantai.

§  Ikatan hydrogen, ikatan yang terjadi antara atom O dan atom H, ikatan intra molekul dan antar molekul adalah ikatan hydrogen yang terjadi antara gugus-gugus pada rantai yang sama.

§  Derajat kekeristalan, derajat kekeristalan dapat ditentukan dengan cara hamburan sinar-X.

Keteraturan struktur molekul taksisitas

Ada dua golongan susunan geometeris rantai yang perlu diperhatikan dalam mempelajari sifat dan struktur polimer.

Geometri yang timbul dari rotasi gugus terhadap ikatan tunggal, atau disebut juga perubahan konformsi. Konformasi ini tidak menimbulkan perubahan struktur kimia rantai polimer karena perubahan konformasi adalah reversible (bolak-balik).

Konformasi hanya mengakibatkan perubahan sifat fisik dari bahan polimer seperti perbedaan derajat kristalinitas dan sebagainya. Bila bahan polimer dipanaskan melampaui suhu transisi kaca, gugus-gugus dalam rantai polimer akan membentuk konformasi tertentu (bertindihan atau bergiliran). Bila kemudian didinginkan rantai polimer dengan konformasi tersebut dapat tersusun lebih rapi untuk membentuk struktur kristalin. Bahan polimer berstruktur Kristal bersifat lebih keras, liat dan tahan terhadap bahan kimia dibandingkan dengan struktur bukan Kristal (amorf).

Geometri kedua dari rantai polimer adalah susunan yang dapat berubah hanya dengan jalan  pemutusan ikatan kimia, ini disebut dengan konfigurasi. Perubahan konfigurasi rantai polimer akan menyebabkan perubahan sifat kimia dan sifat fisika dari dari bahan polimer yang bersangkutan. Misalnya perubahan konfigurasi cis dan trans pada poliisoprena, menimbulakan dua macam struktur polimer karet alam (isomer cis) dan getah perca (isomer trans)

 

Perombakan Polimer

Banyak sekali jenis polimer di alam, dimana proses perombakan polimer terjadi secara alami, tapi ada pula perombakan secara mekanik yang direkayasa oleh manusia. Salah satu contoh polimer yang tersedia di alam yaitu selulosa.

ü  Selulosa adalah senyawa organik yg mempunyai rumus (C6H10O5)n

ü  Selulosa berupa rantai lurus dari beberapa ratus sampai puluhan ribu unit glukosa yg saling berikatan

ü  Selulosa merupakan makromolekul organik yg jumlahnya paling banyak

ü  Penyusun utama dinding sel tanaman, berasosiasi dengan hemiselulosa dan lignin.

 

           



 Struktur selulosa dalam tanaman

 

a)      Perombakan Selulosa

Melalui proses Degradasi selulosa oleh fungi merupakan hasil kerja sekelompok enzim selulolitik yang  bekerja secara sinergis.

Dengan proses 2 tahap:

1. Polimer selulosa rusak pada bagian amorf

2. Pemecahan polimer selulosa menjadi selobiosa dan glukosa

Enzim perombak selulosa dikenal sebagai selulase, terdiri atas 3 jenis:

1.      Endoglukonase atau 1,4-β-D-glucan-4-glucanohydrolases merusak bagian dalam polimer pada bagian amorf  

2.      Eksoglukonase, yang meliputi 1,4-β-D-glucanohydrolases atau cellodextrinases memecah selulase dari ujung, dihasilkan selobiosa

3.      Glukosidase, memecah selobiosa menjadi glukosa

Enzim endoglucanases menghidrolisis secara acak bagian amorf selulosa serat menghasilkan oligosakarida dengan panjang yang berbeda dan terbentuknya unjung rantai baru. Enzim Exoglucanases bekerja terhadap ujung pereduksi dan non-pereduksi rantai polisakarida selulosa dan membebaskan glukosa yang dilakukan oleh enzim glucanohydrolases atau selobiosa yang dilakukan oleh enzim cellobiohydrolases sebagai produk utama. Hidrolisis bagian berkristal selulosa hanya dapat dilakukan secara efiesien oleh enzim exoglucanases. Hasil kerja sinergis endoglucanases dan exoglucanases menghasilkan molekul selobiosa. Hidrolisis selulosa secara efektif memerlukan enzim (β-glucosidases yang memecah selobiosa menjadi 2 molekul glukosa.

 


Perombakan Selulosa

 

PENUTUP

 

Kesimpulan

Jadi polimer yaitu merupakan gabungan antara monomer-monomer kecil atau sedang yang diproses melalui proses adisi atau kondensasi ataupun adanya proses perombakan polimer secara alami atau mekanik yang mana hal tersebut menjadikan  masing-masing polimer memiliki perbedaan sifat fisik dan kimia tertentu dimana hal tersebut yang menjadi sebuah factor kekeristalan (keras atau amorf) polimer atau bentuk energy yang terbentuk itu sendiri.

AFTAR PUSTAKA

Callister, William D dan David G Rethwisch. 2010. Materials Science and Engineering an Introduction 8th Edition. John Wiley & Sons: USA

Cowd, M.A., 1991, Kimia Polimer, Penerbit ITB, Bandung

Billmeyer, Fred, W., 1984, Textbook of Polymer Science, 3rd Ed, John         Willey & Sons, New York.

Hagen Klauk. 2006. Organic Electronics: Materials, Manufacturing and Applications. , Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGA

Franky So. 2010. Organic electronics: Materials, Processing, Devices and Applications. New York: CRC Press Taylor & Francis Group

 Asyari Daryus. Jurnal Polimer (bentuk-bentuk polimer). Jakarta: Universitas Darma Persada

Broda P., P.R.J. Birch, P.R. Brooks and P.F.G.Sims. 1996. Lignocellulose degradation by Phanerochaete chrysosporium: gene families and gene expression for a complex process. Molecul. Microbiol.19(5):923-932

 

 

 

Cara Menggunakan MS. Access Bagi Pemula

Pengertian Tabel, Field Dan Record Seperti kita ketahui bahwa Database merupaka kumpulan dari beberapa tabel yang terintegrasi menjadi sat...